Senin, 31 Maret 2014

TOKOH WAYANG CEPOT/ASTRAJINGGA


Tugas Ilmu Budaya Dasar 

Wayang memang sudah menjadi ciri khas budaya dari Indonesia, khususnya untuk wilayah pulau Jawa termasuk Jawa Barat. Jenis wayang yang terkenal dari pulau Jawa bagian barat ialah Wayang Golek. Bagi masyarakat Sunda sendiri, wayang golek sudah menjadi hiburan yang merakyat, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Wayang golek sendiri mempunyai banyak tokoh, tetapi yang paling terkenal dan paling diingat oleh masyarakat ialah Si Cepot. Ia adalah sosok wayang yang penuh selera humor dan sudah menjadi ikon dari wayang golek. Sampai-sampai ada yang bilang, “Bukan orang Sunda namanya jika belum mengenal Si Cepot”. Seistimewa apakah sosok Si Cepot ini sehingga menjadi ikon dari wayang yang berasal dari Tanah Sunda?

Si Cepot atau yang dalam pewayangan mempunyai nama Astrajingga merupakan salah satu tokoh yang terdapat dalam dunia pewayangan, khususnya dalam kesenian wayang golek. Diaini mempunyai wajah yang merah dengan gigi bawahhnya yang besar dan menonjol ke atas. Warna wajahnya yang merah ditafsirkan kitab wayang sebagai cerminan karakter yang buruk. Si Cepot ini mempunyai ciri khas suka ngabodor (bercanda). Cepot merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Dia mempunyai dua adik, yakni Dawala yang berhidung panjang dan Gareng yang berhidung bulat.

Nama Astrajingga sendiri berasal dari dua kata, yakni sastra yang berati tulisan dan jingga yang berarti merah yang melambangkan kelakuan yang buruk. Jadi Astrajingga merupakan cerminan karakter yang berkelakuan buruk seperti nilai rapor yang memiliki nilai merah. Tapi uniknya, meskipun Si Cepot sangat konyol dan selalu membuat jengkel, kehadirannya dalam suatu pertunjukan wayang malah selalu dinantikan. Karena kelucuan Si Cepot berdasarkan pada norma-norma, nilai-nilai, dan sikap hidup, sehingga kelucuannya mampu diterima oleh semua kalangan. Humornya juga sering menyentuh kehidupan sehari-hari. Dia merupakan tokoh yang sangat setia, kemanapun ayahnya pergi dia selalu menemaninya. Bahkan dia sangat setia pada negaranya, kesetiaannya ditunjukan saat bertarung mati-matian dengan buta hijau, antek kurawa demi membela negaranya.

Karena wataknya yang suka bercanda, banyak orang yang menyukai tokoh ini dan membuat Si Cepot menjadi terkenal. Dia ini tak pandang bulu dalam bercanda, Siapa saja bisa menjadi bahan candaannya, mulai dari para ksatria maha sakti, raja, sampai para dewa di langit. Tetapi dibalik humornya, Si Cepot ini selalu memberi nasihat dan petuah, tak jarang ia juga memberi kritikan pada pemerintah. Perilaku dan ucapannya selalu mengajarkan kita untuk bergotong royong, setia, selau ceria, dan membela kebenaran. Oleh karena itu, dalang biasanya menggunakan Si Cepot untuk menyampaikan pesan-pesan seperti kritik maupun petuah dengan sindiran yang disampaikan sambil guyon, agar bisa diterima oleh banyak orang.

Si Cepot beserta ayahnya dan kedua adiknya ini termasuk ke dalam tokoh wayang Punakawan, yakni tokoh abdi yang bertugas menasihati atau memberi petuah bijak bagi para Pandawa. Dalam suatu pertunjukan wayang golek, para tokoh ini biasanya ditampilkan pada bagian tengah cerita, ini dimaksudkan untuk membuat penonton lebih rileks dan bisa tertawa saat cerita mulai serius dan tegang.

Dalam cerita pewayangan Si Cepot ini biasanya menemani para ksatria, terutama Arjuna dan Madukara. Dia juga bisa bertempur seperti ksatria, senjata andalannya dalam berperang berupa Bedog (Golok).

Memang sangat unik wayang yang satu ini. Banyak hal yang patut dicontoh darinya. Di balik pribadi Cepot yang lucu dan suka membuat geger politik dengan tingkah laku yang nyeleneh, dia juga selalu punya pesan moral yang begitu bagus. Cepot merupakan cerminan rakyat jelata yang mempunyai sikap santai, setia, humoris, namun juga berani membela kebenaran.

Sumber : http://djamandoeloe.com/read/62/budaya/si-cepot-alias-bagong-alias-astrajingga

Nama : Endang Wulandari
NPM  : 22313905
Kelas  : 1TB04 

Pahlawan Nasional Indonesia 'Cut Meutia'





Tugas Ilmu Budaya Dasar 

Pameo yang mengatakan wanita sebagai insan lemah dan harus selalu dilindungi tidak selamanya benar. Itu dibuktikan oleh Cut Nyak Meutia, wanita asal Nangroe Aceh Darussalam, yang terus berjuang melawan Belanda hingga tewas diterjang tiga peluru di tubuhnya.

            Wanita kelahiran Perlak, Pejuang dari Aceh, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Nasional. Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.

            Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan Belanda sudah menduduki daerah Pejuang dari Aceh yang digelari serambi Mekkah tersebut. Perlakuan Belanda yang semena-mena dengan berbagai pemaksaan dan penyiksaan akhirnya menimbulkan perlawanan dari rakyat. Tiga tahun sebelum perang Pejuang dari Aceh, Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia dilahirkan. Suasana perang pada saat kelahiran dan perkembangannya itu, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya.

            Ketika sudah beranjak dewasa, dia menikah dengan Teuku Muhammad, seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Walaupun ketika masih kecil ia sudah ditunangkan dengan seorang pria bernama Teuku Syam Syarif, tetapi ia memilih menikah dengan Teuku Muhammad, pria yang sangat dicintainya.

            Perang terhadap pendudukan Belanda terus berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak Meutia bersama suaminya Teuku Cik Tunon langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang yang berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik dari pihak pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.

            Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik Wakil Panglima Besar (1962-1965) Ketua MPRS (1966-1972) perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.

            Sudah banyak kerugian pemerintahan Belanda baik berupa pasukan yang tewas maupun materi diakibatkan perlawanan pasukan Cut Nyak Meutia. Karenanya, melalui pihak keluarga Meutia sendiri, Belanda selalu berusaha membujuknya agar menyerahkan diri. Namun Cut Nyak Meutia tidak pernah tunduk terhadap bujukan yang terkesan memaksa tersebut.

            Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak.

            Berselang beberapa lama setelah kematian suaminya, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang ditunjuk dan dipesan suami pertamanya sebelum menjalani hukuman tembak. Pang Nangru adalah teman akrab dan kepercayaan suami pertamanya, Teuku Cik Tunong. Bersama suami keduanya itu, Cut Nyak Meutia terus melanjutkan perjuangan melawan pendudukan Belanda.

            Di lain pihak, pengepungan pasukan Belanda pun semakin hari semakin mengetat yang mengakibatkan basis pertahanan mereka semakin menyempit. Pasukan Cut Meutia semakin tertekan mundur, masuk lebih jauh ke pedalaman rimba Pasai.

            Di samping itu, mereka pun terpaksa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyiasati pencari jejak pasukan Belanda. Namun pada satu pertempuran di Paya Cicem pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru juga tewas di tangan pasukan Belanda. Sementara Cut Nyak Meutia sendiri masih dapat meloloskan diri.

            Kematian Pang Nangru membuat beberapa orang teman Pang Nangru akhirnya menyerahkan diri. Sedangkan Meutia walaupun dibujuk untuk menyerah namun tetap tidak bersedia. Di pedalaman rimba Pasai, dia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabil, yang masih berumur sebelas tahun untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda.

            Tapi pengejaran pasukan Belanda yang sangat intensif membuatnya tidak bisa menghindar lagi. Rahasia tempat persembunyiannya terbongkar. Dalam suatu pengepungan yang rapi dan ketat pada tanggal 24 Oktober 1910, dia berhasil ditemukan.

            Walaupun pasukan Belanda bersenjata api lengkap tapi itu tidak membuat hatinya kecut. Dengan sebilah rencong di tangan, dia tetap melakukan perlawanan. Namun tiga orang tentara Belanda yang dekat dengannya melepaskan tembakan. Dia pun gugur setelah sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah lainnya mengenai dadanya.

            Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang pembela bangsa. Atas jasa dan pengorbanannya, oleh negara namanya dinobatkan sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. e-ti | juka-atur
© ENSIKONESIA - ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA

Sumber:
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1007-berani-menerjang-peluru
Copyright © tokohindonesia.com

Nama   : Endang Wulandari
NPM   : 22313905
Kelas   : 1TB04

Minggu, 30 Maret 2014

Kembalikan Indonesiaku ke Indonesia

Tugas Ilmu Budaya Dasar
Republik Indonesia disingkat RI. Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia merdeka pada tahun 1945. Proklamasi kemerdekaan tepat pada tanggal 17 agustus 1945.

Indonesia merupakan negeri yang memiliki macam bahasa dan budaya yang patut di lestarikan. Tapi, coba kita tengok di era globalisasi dengan teknologi yang semakin canggih ini. Para pemuda – pemudi yang seharusnya mencintai dan melestarikan kebudayaan Indonesia malah terlena dengan kebudayaan dari negari orang lain.

Umumnya pemuda – pemudi Indonesia terlihat lebih membanggakan kebudayaan luar ketimbang kebudayaan serta bahasa daerah mereka. Sebagai contoh, wabah Kpop atau virus korea yang sedang merajalela di kalangan para remaja khususnya putri. Kebanyakan remaja putri yang sudah terkena virus korea, lebih memilih mempunyai pakaian tradisional korea atau yang kita sebut ‘Hanbook’ ketimbang kebaya. Sering saya jumpai di pusat perbelajaan, banyak remaja yang menggunakan ‘Hanbook’ dengan santai. Tanpa keluhan seperti saat menggunakan kebaya. Kebaya hanya digunakan saat acara resmi seperti wisuda perniakahan dan lain sebagainya.

Bukan hanya hal itu yang perlu kita prihatinkan. Zaman sekarang, remaja baik putra maupun putri cenderung lebih sering mendengarkan lagu barat ketimbang lagu kebangsaan baik dari daerah mereka ataupun nasional. Mereka lebih menghafal lagu – lagu Internasional ketimbang Nasional.

Sekarang kita tengok dari segi pendidikan menurut pengalaman pribadi penulis, hanya segelintir sekolah saja yang menerapkan untuk mengajarkan bahasa daerah lebih dalam pada peserta didiknya. Di Universitas penulis sendiri, khususnya jurusan yang penulis dalami. Pendidikan bahasa Indonesia sama sekali belum di ajarkan. Padahal penulis rasa, EYD yang di gunakan para mahasiswa masih sangat kurang. Tapi mengapa hanya pelajaran Bahasa Inggis yang suda di pelajari?

Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih, mengapa kita sebagai salah satu warga Negara Indonesia tidak turut mencoba menyebarkan bahasa dan kebudayaan Indonesia? Jangan sampai kita menyesal seperti saat lagu Rasa Sayange berhasil di curi oleh tetangga kita. Jangan sampai kita ribut ketika batik menjadi perdebatan milik Negara siapa. Sebagai warga Negara, sudah sepantasnya kita turut andil melindungi hak kita. Sudah menjadi kewajiban kita menjaga dan melestarikan agar bahasa dan kebudayaan kita tidak di curi oleh Negara lain.

Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas : 1TB04