BAB I
PENDAHULUAN
Kebun raya Bogor merupakan
sebuah proyek ‘Samida’ atau sebuah Hutan buatan yang berdiri pada masa kerajaan
Padjajaran yaitu, masa pemerintahan Prabu Siliwangi, yang di kenal sebagai
salah satu Kerajaan Sunda, seperti yang tertulis di prasasti Batutulis. Hutan
itu dibuat yang dimaksud untuk melestarikan kebutuhan manusia pada masa itu
terhadap kayu. Mengingat sangat terbatasnya alat transportasi pada masa itu.
Hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah
satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.
Dan di sekitar awal Tahun
1800, seorang pembesar belanda di Bogor, yaitu Thomas Stamford Raffles yang
menjabat Sebagai Gubernur. Ia sangat memiliki ketertarikan pada bidang Botani
atau dunia tanaman. Berdasarkan pemikirantersebut, ia pun mulai berfikir dan
membangun halaman istana Bogor menjadi sebuah taman yang cantik. Karena pada
saat itu ia salah seorang yang mendiami Istana Bogor. Dan langsung saja ia
menyulap taman itu menjadi sebuha kebun yang bernuansa Inggris.
Sejarah Berdirinya
Kebun Raya Bogor
Kebun
Raya Bogor
Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur
Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan
di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya
Bogor. Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner
yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam
surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan
dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi
tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.
Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang
berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan
kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu
pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman
yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman
ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg
(dari bahasa Belanda yang berarti “tidak perlu khawatir”). Reinwardt juga
menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai
seorang pendiri Herbarium Bogoriense.
Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert
Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya
Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali
dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda
dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt
sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang
terkenal di Richmond, Inggris).
Sekitar 47 hektare tanah di sekitar Istana Bogor dan
bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi
pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk
mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor
menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa
itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.
Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan
digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman
koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama
berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan
kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi
oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur
Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia
melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut
suku (familia). Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan
Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh
Prof. Dr. Melchior Treub.
Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi
ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium
Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan
Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).
Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi
terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor. Pada mulanya kebun ini
hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan
diperkenalkan ke Hindia-Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya
juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 – 1905).
Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang
berarti di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan
Dr. Hasskarl (zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon
Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr.
Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir.
Koestono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang
menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.
Sumber
: https://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_Raya_Bogor
Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas : 4TB06
Matkul : Konservasi Arsitektur
Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas : 4TB06
Matkul : Konservasi Arsitektur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar