Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas :
4TB06
Dosen : Edi Sutomo
Tugas Kritik Arsitektur
#
Kritik Arsitektur
terhadap Gereja
Katedral Jakarta dan Gereja Blenduk ini menggunakan metode Kritik
Normatif dengan Metode Typical.
Kritik Typical/ Typical
Criticism merupakan sebuah metode kritik yang termasuk dalam Kritik Normatif.
Metode ini menggunakan perbandingan. Maksudnya adalah membandingkan obyek yang
dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya.
Obyek : Gereja
Katedral Jakarta
Bangunan Pembanding
Sejenis : Gereja Blenduk
Pengertian Arsitektur Kolonial
Arsitektur
Kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam Arsitektur yang brkembang
selama masa pendudukan Belanda di Indonesia.
a.
Gereja Katedral Jakarta
Nama : Gereja Katedral Jakarta
Nama Resmi : De
Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming
Lokasi : Jakarta, Indonesia
Diresmikan : 21 April 1901
Arsitek : Antonius Dijkmans
Gaya Arsitektur: Neo-gotik
Museum Katedral
Jakarta ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmadja.
Pembuatan museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu
itu, yaitu Pater Rudolf Kurris. Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap
sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu
dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya
menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Museum Katedral ini berada
di ruang balkon Katedral.
·
Isi Museum Katedral:
- Mitra dan tongkat gembala Paus Paulus VI
- Piala dan Kasula Paus Yohanes Paulus II
- Replika Pastoran
- Perangko
- Lukisan dari batang pohon pisang karya Kusni Kasdut
- Replika perahu Pastor P. Bonnike, SJ
- Relikui santo & santa
- Orgel Pipa asli katedral
Arsitektur gereja katedral
Jakarta ini dibuat dengan gaya neo-gotik. Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan
panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5
meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh
seorang tukang batu dari Kwongfu, China. konstruksi bangunan ini terdiri
dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam.
Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar
bangunan.
Ada 3 menara di Gereja
Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading dan Menara Angelus Dei.
Menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian
atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.
Di menara gading
terdapat jam yang pada mesinnya tertulis Van Arcken & Co. Lonceng: Pada
menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie
van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan
disumbankan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang
merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit. Patung Kristus Raja: berada di halaman
depan gereja.
Goa Maria: Bentuk
fisiknya mirip dengan Goa Maria di Lourdes Perancis. Goa ini terdapat di
halaman samping gereja. Pintu Masuk Utama: terdapat patung Maria dan ada
tulisan Beatam Me Dicentes Omnes' yang berarti "Semua
keturunan menyebut aku bahagia". Rozeta: merupakan jendela bercorak Rosa
Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Benda ini terletak di atas gerbang
utama.
b.
Gereja Blenduk
Nama :
Gereja Blenduk / Gereja Blendug / mBlendhug
Nama Resmi : GPIB Immanuel
Lokasi : Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Didirikan : 1753
Gaya
Arsitektur : Baroque
Gereja
Blendhuk adalah gereja Kristen Protestan tertua di Jawa Tengah yang dibangun
pada tahun 1753 dan bergaya arsitektur baroque. Gereja ini mendapat
namanya karena kubah bulatnya di bagian atasnya yang dahulu dilapisi perunggu.
Nama sesungguhnya dari gereja ini adalah GPIB Immanuel. Hingga kini, bangunan
gereja ini tetap digunakan dan menjadi ikon kota Semarang selain Lawang Sewu.
Gereja Blenduk (kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan
seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug)
adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753,
dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel,
di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya
terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan
kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat
setempat yang berarti kubah.
Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar
gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.
Kesimpulan :
1. Kedua
banguna Gereja tersebut merupakan bangunan peninggalan masa colonial Belanda.
2. Gereja
Katedral Jakarta didirikan dengan gaya arsitektur neo-gotik, sedangkan Gereja
Blenduk menggunakan gaya Arsitetur Baroque.
3. Gedung
Katedral Jakarta merupakan Gereja untuk afiliasi agama Kristen Katolik
sedangkan Gereja Blenduk untuk agama Kristen Protestan.
4. Kedua
gereja tersebut merupakan gereja yang masih aktif hingga saat ini.
Di
Indonesia sendiri masih banyak terdapat bangunan-bangunan peninggalan pada masa
kolonial lainnya. Sebagai masyarakat, sudah sepatutnya kita merawat peninggalan
sejarah tersebut.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar