Selasa, 06 Juni 2017

BAB IV USULAN PENANGANAN PELESTARIAN

BAB IV
USULAN PENANGANAN PELESTARIAN

Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan cara melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut.
1.      Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan.
2.      Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan pemanfaatan yang tidak terkendali.
3.      Menyediakan sumber plasma nutfah untuk mendukung pengembangan dan budidaya kultivar-kultivar tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.
Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat. Konservasi keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara insitu maupun eksitu. Konservasi insitu adalah usaha pelestarian (konservasi) yang dilakukan di habitat aslinya, yaitu dengan mendirikan cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, taman hutan raya, dan taman laut.
Contohnya cagar alam Rafflesia di Bengkulu dan suaka margasatwa Pulau Komodo. Konservasi eksitu adalah usaha pelestarian yang dilakukan di luar habitat aslinya, yaitu dengan mendirikan kebun raya, taman safari, kebun koleksi atau kebun binatang. Contohnya Taman Safari Puncak dan Kebun Raya Bogor.
Dan hasil kerja sama dengan lembaga konservasi internasional telah dilakukan pengembangan kawasan konservasi menjadi cagar biosfer. Cagar biosfer adalah kawasan dengan ekosistem terestrial dan pesisir yang melaksanakan konservasi biodiversitas melalui pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan. Cagar biosfer di Indonesia berdasarkan ketetapan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) antara lain Kebun Raya Cibodas dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Siberut, Taman Nasional Bukit Batu, dan Taman Nasional Wakatobi.
Kita harus memahami bahwa keanekaragaman hayati adalah kekayaan berharga yang harus senantiasa dijaga, di lestarikan, dan di hindarkan dari kepunahan. Pemanfaatan kenanekaragaman hayati harus di dasarkan atas kebijakan memelihara keselarasan, keserasia, keseimbangan dan kelestarian biodiversitas lingkungan. Jika mungkin, bahkan harus meningkatkan kualitas lingkungan, sehingga dapat dinikmati manusia dari generasi ke generasi.
Usaha pelestarian lingkungan di Indonesia hanya mungkin jika di dukung oleh semua warga negara Indonesia. Dengan kata lain, kearifam terhadap lingkungan hidup harus menjadi milik tiap insan Indonesia atau membudaya di dalam seluruh masyarakat Indonesia. Perubahan konseo mental manusia tidak dapat berlangsung dalam satu hari, tetapi, memerlukan waktu lama. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat Indonesia mulai sedini mungkin, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Di samping itu, perlu digalakan aktifitas  yang bertujuan meningkatkan dan melesatarikan keanekaragaman hayati, antara lain, penghijauan, permbuatan taman kota, pemuliaan, serta pembiakan in situ dan ex situ.
1.      Penghijauan
Penghijauan dilakukan dengan cara menanam berbagi henus tanaman di berbagai tempat yang telah direncanakan, dapat dihalaman sekitar rumah, hutan-hutan yang gundul akibat penebangan liar, dan tempat lain yang diduga terhindar dari bencana jika ditanami tumbuhan. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam, tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman yang ditanam.

2.      Pembuatan Taman Kota
Pembuatan taman kota akan mendatangkan manfaat, antara lain meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu lingkungan, menurunkan efek pencemaran udara yang berasal dari  kendaraan bermotor, memberi keindahan, dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
3.      Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul, tetapi bukan berarti menghilangkan varietas tidak unggul. Pemuliaan dapat dilakukan dengan perkawinan silang yang akan menghasilkan varian baru. Oleh karena itu, pemuliaan hewan maupun tumbuhan dapat meningkatkan keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis.
4.      Pembiakan In Situ dan Ex Situ
Ada dua cara pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu pelestarian In situ dan Ex situ.
a.       Pelesatarian in situ, yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya. comtoh pelestarian in situ tercantum berikut ini:
1)      Suaka margasatwa untuk komodo di Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo.
2)      Suaka margasatwa untuk badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon Jawa Barat.
3)      Pelestarian bunga Rafflesia di Taman Nasional Bengkulu.
4)      Pelestarian terumbu karang di Bunaken.

b.      Pelestarian ex situ, yaitu suatu upaya pelestarian yang dilakukan dengan memidahkan ke tempat lain yang lebih cocok bagi perkembangan kehidupanya. Contoh pelestarian ex situ tercantum berikut ini.
1)      Kebun Raya dan Kebun Koleksi untuk menyeleksi berbagai tumbuhan langka dalam rangka melestarikan plasma nutfah.
2)      Penangkaran jalak bali di kebun binatang Wonokromo.
Kebun raya adalah kebun buatan yan berguna untuk menghimpun tumbuhan dari berbagai tempat untuk dilestarikan. Kita dapat membantu melestarikan keanekaragaman makhluk hidup dengan cara:
a.       Tidak membunuh hewan dan tumbuhan liar
b.      Tidak mempermainkan hewan liar dan memetik tumbuhan langka
c.       Sewaktu bertamasya atau berkemah, tetaplah memelihara kelestarian lingkungan, tidak membawa pulang hewan dan tumbuhan langka
d.      Tidak membuang sampah di sembarang tempat, karena dapat mengganggu kesehatan hewan jika termakan hewan tersebut
e.       Tidak membuang limbah ke lingkungan, misal limbah rumah tangga atau pestisida, karena dapat membahayakan kehidupan hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan tersebut.
Salah satu pelestarian yang berada di Kebun Raya Bogor adalah pelestarian biji secara ex situ.
Bank biji rintisan Kebun Raya Bogor merupakan pemutakhiran lembaga koleksi biji yang didirikan pada tahun 1974. Pada awalnya lembaga ini didirikan hanya untuk mengkonservasi beberapa biji khusus yang dinilai syarat manfaat untuk dikonservasi.
Bank Biji merupakan sarana yang dinilai efektif untuk proses konservasi biji dari tanaman akan tetapi bank biji melayani proses pengembangan potensi, perubahan genetik, dan juga mutasi genetik yang dilakukan demi kelangsungan hidup tanaman tersebut.
Dalam hal pengembangan potensi, Bank Biji dapat menyediakan biji-biji potensial yang harapannya dikemudian hari  dapat memenuhi kebutuhan akan gizi melalui bahan pangan demi kebutuhan umat manusia.
Dalam proses pemeliharaan biji tanaman terdapat dua metode umum yang dilakukan oleh para pelaku konsevasi dan budidaya tanaman di dunia, yaitu proses pelestarian in-situ dan proses pelestarian ex-situ. Konservasi ex-situ adalah proses pengembangan biji tanaman di luar habitatnya. Proses ini memungkinkan para perekayasa konservasi melakukan penyesuaian habitat yang dibutuhkan dalam perkembangan biji tanaman yang diinginkan.
Konservasi ini juga memungkinkan perekayasa mengembangkan potensi-potensi lain yang belum terdeteksi dan dimiliki oleh tanaman tersebut serta memungkinkan perekayasa memutasi genetik asli biji tanaman agar dapat sesuai dengan habitat yang sebetulnya bukan menjadi habitat asli tanaman tersebut.
Dalam hal ini, para pengurus Bank Biji Kebun Raya Bogor memilih proses pelestarian dengan konservasi ex-situ karena dengan melalui proses pengurus tidak harus menyesuaikan pilihan biji yang sesuai dengan alam iklim Kebun Raya Bogor melainkan meluaskan pilihan biji tanaman konservasi yang nantinya akan dipertahankan, dikembangkan, dan dilestarikan keberadaannya demi keberlangsungan alam ekologi dan varietas tanaman dunia.



Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas : 4TB06
Matkul : Konservasi Arsitektur

Selasa, 02 Mei 2017

BAB III GAMBARAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA

BAB III

GAMBARAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA
Kebun Raya Bogor tidak hanya sebagai bentuk kekayaan alami milik bangsa tetapi juga merupakan salah satu bentuk warisan budaya bangsa yang perlu untuk dipelajari, dilestarikan, dan dibanggakan, serta memiliki nilai budaya dan estetika yang tinggi hingga saat ini. Kebun Raya Bogor merupakan miniatur dari keanekaragaman Indonesia.

Pada landskap dan Arsitektur Kawasan Kebun Raya Bogor, bangunan pekantoran yang berada di blok deket pintu utama memiliki gaya arsitektur barat yang di tropiskan (tropis indice) dan struktural kolonial karena daerah Indonesia adalah daerah tropis. Bangunan yang seperti ini biasanya dindingnya berwarna putih atau kuning muda seperti bangunan perkantoran-perkantoran perkebunan (bangunan kuno). Bangunannya besar dan tinggi serta dindingnya sangat tebal. Pada bagian atapnya terdapat cerobong asap, di daerah asalnya cerobong asap ini berfungsi sebagai tempat pengeluaran asap dari tungku penghangat ruangan pada saat musim dingin, namun di daerah tropis cerobong asap ini tidak begitu berguna karena di Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu panas dan dingin. Untuk sudut-sudut atap lebih tajamnya dari gaya asalnya merupakan adaptasi daerah tropis agar air hujan yang di atap mudah turun. Taman-taman yang bergaya arsitektur inggris memiliki keunikan tersendiri seperti tanaman yang ditanam biasanya berupa rumput dan pohon-pohon tinggi seperti pisang kipas serta penataan tanamanyang berbelok-belok. Tujuannya dari penataan tersebut agar memberi kesan luas pada tanaman dan sebagai jalur sirkulasi udara.


Tampak bangunan dapat dilihat secara vertical maupun horizontal, dimana pembagiannya masing-masing tapak berbeda.untuk tampak bangunan yang dilihat secara vertical meliputi tiga bagian, antara lain: kaki,badan, dan kepala. Pada batas bagian antara badan dengan kepala biasanya terdapat hiasan tertentu dengan ukuran yang sederhana. Sedangkan untuk tampak bangunan secara horizontal juga dibagi menjadi tiga, yaitu bagian tengah, sayap kiri, dan sayap kanan. Hal ini dipengaruhi oleh axis yaitu menghubungkan titik satu dengan titik lainnya, simetris, dan ciri bangunan klasik. Bangunan-bangunan di daerah dingin biasanya catnya berwarna gelap yang bertujuan untuk menyerap panas sehingga suhu didalam bangunan terasa lebih hangat. Pada arsitektur Yunani terdapat kolom diantaranya dorik, ionik, dan terotion. Arsitektur Romawi biasanya dicirikan dengan adanya lengkungan setengah lingkaran.


Berdasarkan bentuk bangunannya, Istana Bogor memiliki gaya eklektik (gaya bangunan setelah zaman klasik) yang merupakan penggabungan dari berbagai macam kebudayaan, yaitu Yunani, Renaissan, dan Romawi. Gaya Yunani dicirikan dengan adanya pilar-pilar tiang yang membentuk ionic (pilar atas berbentuk seperti tanduk), Doric (pilarnya polos), atau corentian (pilar atas berbentuk bunga), dan banyaknya patung. Gaya Renaissan dicirikan dengan bentuk bangunan yang simetris dan tripartis, yaitu memiliki sisi kanan,sisi kiri, dan sisi tengah serta dengan struktur monumental,mewah, dan diikuti dengan dengan elemen utama air (kolam) dan tanaman (kelompok tanaman). Selain itu terdapat pula tiga bagian bangunan,yaitu tangga, badan rumah dan atap. Adapun gaya Romawi dicirikan dengan adanya bentuk kubah pada bagian atas bangunan. Penataan tanaman hijau disekitar bangunan Istana Bogor sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari berbagai kombinasi tanaman bunga, palem, teh, rumput, elemen air, dan juga berbagai pohon besar lainnya yang disesuaikan dengan gaya-gaya klasik yang simetrik. Namun untuk tanaman air perawatannya belum cukup maksimal Bangunan istana Bogor berarsitektur Yunani, dimana bangunannya itu simetris dan adanya sumbu yang membagi dua, contohnya pada segitiga bagian atasnya.


Di Istana Bogor dikelilingi Kolam Gunting yang dipenuhi dengan banyaknya bunga teratai. Sekarang ini bunga teratai sudah berkurang, karena kualitas kandungan air yang kurang bagus dan tercemar oleh polusi air, serta kurangnya keseriusan dalam perawatan. Ini terlihat dari banyaknya sampah disekitar tanaman air dan bunga teratai yang rusak. Di bagian tengah kolam terdapat pulau tanaman buatan sebagai tempat berlindung beraneka ragam burung. Tercatat lebih dari 50 jenis burung ada di sini, seperi kepodang, walik kembang, kutilang, kucica, kowak, kuntul, dan cinenen kelabu. Seperti yang terlihat sore itu, puluhan kuntul berseliweran di atas pohon yang tumbuh di tengah kolam, dengan suaranya yang khas. Taman Gunting. Jalan yang ada di pinggir kolam menggunakan gaya pedestrian yang terbuat dari batu-batu yang tersusun. Elemen lanskap yang membangun kolam antara lain, iklim, hewan, dan bunyi.


Taman Teysmann dibangun pada tahun 1884 oleh M.Treub. Taman ini merupakan tempat untuk mengenang Johannes Elias Teiysmann yang telah menjadi direktur Kebun Raya Bogor dari tahun 1831-1867. Taman ini merupakan taman yang memiliki corak mirip dengan British Garden (formal garden). Hal ini dapat terlihat dari elemen warna yang mencolok dan bentuk taman yang simetris. Pohon-pohon yang terdapat di taman Teiysmann dibentuk secara khusus, misalnya berbentuk piramida atau bundar. Pengelolaan taman simetris lebih susah dibandingkan dengan taman asimetris. Taman Teiysmann memiliki point of interest yang terdapat pada tengah-tengah taman, yaitu sebuah tugu atau monument sehingga menjadi
vocal point dari taman tersebut. Selain itu, taman Teiysmann juga memiliki berbagai elemen-elemen taman yang penting, yaitu paving block, pot bunga, rumput, pedestrian line, tanaman bunga, tanaman pagar, dan semak kecil. Di sekitar taman Teiysmann terdapat pergola yang ditanami tanaman Passiflora coxinia.


Jembatan ini disebut juga sebagai jembatan gantung, dengan tekstur bangunan yang unik. Jembatan ini sudah sangat tua, setiap melewatinya dibatasi sampai 10 orang demi kenyamanan dan keselamatan pengunjung. Jembatan ini merupakan aliran dari sungai kali ciliwung.


Taman Astrid dibangun untuk memperingati kunjungan Putri Astrid dan Pangeran Leopold dari Belgia pada tahun 1929. Jalan Astrid terbagi menjadi dua jalur yang dibatasi oleh bunga tasbih yang berwarna merah dan kuning dengan daun berwarna cokelat kehitaman yang melambangkan warna bendera negara Belgia. Pola yang ditunjukkan ketika pengunjung memasuki jalan Astrid ialah harmonis, geometrik dan simetris tetapi tak kaku dan tak tertutup. Elemen utamanya yakni air (kolam dengan air macurnya) dan kelompok tanaman, dengan repetisi hijau daun dan warna bunga tasbih yang semakin memperkaya penglihatan. Selain meneduhi kedua tepi jalan, pohon damar juga sangat tepat difungsikan di taman Astrid karena pengunjung yang datang sering piknik berada di bawan pohon tersebut. Di Taman Astrid sangat terasa taman inggrisnya, di mana padang rumput yang luas dan kolam yang ada semakin membuat pengunjung merasakan keindahan dan kenyamanan. Presevasi yakni perlindungan untuk lanskap yang paling sensitif dan kritis. Lalu lintas pedestrian yang bergerak pada bidang dasar sensitif terhadap tekstur permukaan yang akan menentukan jenis lalu lintas dan kecepatannya. Tekstur tertentu tidak saja akan menentukan jenis kelas penggunaannya tetapi juga mempunyai daya tarik. Ragam tekstur seperti kerikil, kerakal, koral merupakan barefoot pada jalur reflexology. Lantai pada jalur pejalan kaki di Kebun Raya Bogor ada yang terbuat dari batu gico, batu putih, maupun perkerasan yang berwarna merah.


Kebun pembibitan ini digunakan untuk tempat pembibitan pohon, dimana pohon-pohon yang tumbang akan diganti dengan bibit pohon yang dibudidayakan. Tujuannya adalah menjaga agar Kebun Raya tetap hijau dan nyaman. Selain dari pembibitan pohon-pohon besar ditempat ini juga membibitkan bunga raflesia (bunga bangkai), bunga anggrek dan bunga-bunga taman lainnya. Semua jenis tanaman yang dulunya liar telah didomestifikasi ditempat ini pula, agar semua jenis tanaman Indonesia dapat dibudidayakan dan dikembangkan.

Sumber            :

Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas : 4TB06
Matkul : Konservasi Arsitektur


Selasa, 04 April 2017

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II
TELAAH PUSTAKA

Kebun Raya Bogor

Kebun Raya adalah kumpulan tumbuh-tumbuhan di suatu tempat, dan tumbuh-tumbuhan tersebut berasal dari berbagai daerah yang ditanam untuk tujuan konservasi.
Kebun Raya adalah suatu kawasan konservasi tumbuhan secara ex situ. Pelestarian ex situ adalah pelestarian yang dilakukan dengan memindahkan hewan atau tumbuhan dari habitat asli ke tempat lainnya. Pelestarian ini bisa berupa pelestarian di kebun plasma nutfah, kebun botani, kebun binatang.
Ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat asli, namun kondisinya diupayakan sama dengan habitat aslinya. Perkembangbiakan hewan di kebun binatang merupakan upaya pemeliharaan ex situ. Jika berhasil dikembangbiakan, sering kali organisme tersebut dikembalikan ke habitat aslinya. Contohnya, setelah berhasil ditangkar secara ex situ, jalak Bali dilepaskan ke habitat aslinya di Bali. Misalnya: konservasi flora di Kebun Raya Bogor dan konservasi fauna di suaka margasatwa Way Kambas, Lampung.
Ada beberapa macam kawasan konservasi tumbuhan secara ex situ, namun Kebun Raya memiliki kekhasan tersendiri sebagaimana dapat dilihat pada definisi dan karakteristiknya. Salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah adanya sistem pendokumentasian pada koleksi tumbuhannya. Selain itu, Kebun Raya juga melakukan penelitian (tumbuhan di bidang taksonomi, pendayagunaan dan budidaya), melakukan pendidikan terhadap masyarakat tentang tumbuhan, lingkungan hidup dan pertamanan serta berfungsi sebagai tempat wisata lingkungan.
Jenis-jenis tumbuhan yang akan ditanam di Kebun Raya, mempunyai kriteria tertentu. Tumbuhan tersebut dikoleksi melalui beberapa tahapan dan kelengkapan data dijadikan sebagai kriteria utama. Penataan koleksi ditanam di kebun dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmu pertamanan, sehingga nampak indah. Keindahan dan informasi ilmiah yang terkandung dalam koleksi tumbuhan merupakan daya tarik utama dari sebuah Kebun Raya.
Penelitian taksonomi/tata nama tumbuhan, pendayagunaan dan perbanyakan koleksi terus menerus dilakukan untuk tujuan konservasi, pendidikan, dan pengembangan nilai ekonomi. Pemasangan papan interpretasi pada taman dan lokasi yang berdekatan dengan koleksi bernilai ekonomi, menjadikan Kebun Raya tidak hanya sekedar sebagai tempat wisata, tetapi sebagai tempat pendidikan.
Pengembangan Kebun Raya dimulai dengan pembangunan sarana dan  rasarana pembibitan, yang diikuti dengan penyiapan lahan dan pembangunan fisik kebun mengikuti pola dan tema yang tertuang di dalam Masterplan. Pembibitan dilakukan dengan penyiapan lahan di tempat yang telah ditentukan, termasuk pembuatan jalur sirkulasi untuk memudahkan distribusi tumbuhan. Pembibitan mencakup 2 kategori, yaitu pembibitan tumbuhan koleksi dan pembibitan bukan tumbuhan koleksi untuk tujuan penghijauan dan pertamanan.


Sumber : http://kurrotuluyun.blogspot.co.id/2012/10/macam-perlindungan-alam-dengan-tujuan.html

Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas : 4TB06
Matkul : Konservasi Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

Kebun raya Bogor merupakan sebuah proyek ‘Samida’ atau sebuah Hutan buatan yang berdiri pada masa kerajaan Padjajaran yaitu, masa pemerintahan Prabu Siliwangi, yang di kenal sebagai salah satu Kerajaan Sunda, seperti yang tertulis di prasasti Batutulis. Hutan itu dibuat yang dimaksud untuk melestarikan kebutuhan manusia pada masa itu terhadap kayu. Mengingat sangat terbatasnya alat transportasi pada masa itu. Hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.

Dan di sekitar awal Tahun 1800, seorang pembesar belanda di Bogor, yaitu Thomas Stamford Raffles yang menjabat Sebagai Gubernur. Ia sangat memiliki ketertarikan pada bidang Botani atau dunia tanaman. Berdasarkan pemikirantersebut, ia pun mulai berfikir dan membangun halaman istana Bogor menjadi sebuah taman yang cantik. Karena pada saat itu ia salah seorang yang mendiami Istana Bogor. Dan langsung saja ia menyulap taman itu menjadi sebuha kebun yang bernuansa Inggris.

Sejarah Berdirinya Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor

Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor. Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.
Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti “tidak perlu khawatir”). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.
Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris).
Sekitar 47 hektare tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.
Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia). Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub.
Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).
Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor. Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia-Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 – 1905).
Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_Raya_Bogor


Nama : Endang Wulandari
NPM : 22313905
Kelas : 4TB06
Matkul : Konservasi Arsitektur




Senin, 02 Januari 2017

Kritik Arsitektur Bangunan Kolonial

Nama   : Endang Wulandari
NPM   : 22313905
Kelas   : 4TB06
Dosen  : Edi Sutomo
Tugas Kritik Arsitektur #
Kritik Arsitektur terhadap Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Blenduk ini menggunakan metode Kritik Normatif dengan Metode Typical.
Kritik Typical/ Typical Criticism merupakan sebuah metode kritik yang termasuk dalam Kritik Normatif. Metode ini menggunakan perbandingan. Maksudnya adalah membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya.
Obyek : Gereja Katedral Jakarta
Bangunan Pembanding Sejenis : Gereja Blenduk
Pengertian Arsitektur Kolonial
            Arsitektur Kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam Arsitektur yang brkembang selama masa pendudukan Belanda di Indonesia.
a.      Gereja Katedral Jakarta
Nama               : Gereja Katedral Jakarta
Nama Resmi    : De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming
Lokasi             : Jakarta, Indonesia
Diresmikan      : 21 April 1901
Arsitek             : Antonius Dijkmans
Gaya Arsitektur: Neo-gotik
   

Museum Katedral Jakarta ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmadja. Pembuatan museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater Rudolf Kurris. Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Museum Katedral ini berada di ruang balkon Katedral.
·         Isi Museum Katedral:
- Teks doa berbingkai: Dua versi buku misa berbahasa Latin yang dipakai pada masa pra-Vatikan II.
- Mitra dan tongkat gembala Paus Paulus VI
- Piala dan Kasula Paus Yohanes Paulus II
- Replika Pastoran
- Perangko
- Lukisan dari batang pohon pisang karya Kusni Kasdut
- Replika perahu Pastor P. Bonnike, SJ
- Relikui santo & santa
- Orgel Pipa asli katedral
Arsitektur gereja katedral Jakarta ini dibuat dengan gaya neo-gotik.  Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh seorang tukang batu dari Kwongfu, China. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.
        

Ada 3 menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading dan Menara Angelus Dei. Menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.
Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis Van Arcken & Co. Lonceng: Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbankan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit. Patung Kristus Raja: berada di halaman depan gereja.
Goa Maria: Bentuk fisiknya mirip dengan Goa Maria di Lourdes Perancis. Goa ini terdapat di halaman samping gereja. Pintu Masuk Utama: terdapat patung Maria dan ada tulisan Beatam Me Dicentes Omnes' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia". Rozeta: merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Benda ini terletak di atas gerbang utama.

b.      Gereja Blenduk
Nama               : Gereja Blenduk / Gereja Blendug / mBlendhug
Nama Resmi    : GPIB Immanuel
Lokasi             : Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Didirikan         : 1753
Gaya Arsitektur : Baroque
Gereja Blendhuk adalah gereja Kristen Protestan tertua di Jawa Tengah yang dibangun pada tahun 1753 dan bergaya arsitektur baroque. Gereja ini mendapat namanya karena kubah bulatnya di bagian atasnya yang dahulu dilapisi perunggu. Nama sesungguhnya dari gereja ini adalah GPIB Immanuel. Hingga kini, bangunan gereja ini tetap digunakan dan menjadi ikon kota Semarang selain Lawang Sewu.

Gereja Blenduk (kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.


Kesimpulan     :
1.  Kedua banguna Gereja tersebut merupakan bangunan peninggalan masa colonial Belanda.
2.     Gereja Katedral Jakarta didirikan dengan gaya arsitektur neo-gotik, sedangkan Gereja Blenduk menggunakan gaya Arsitetur Baroque.
3.  Gedung Katedral Jakarta merupakan Gereja untuk afiliasi agama Kristen Katolik sedangkan Gereja Blenduk untuk agama Kristen Protestan.
4.      Kedua gereja tersebut merupakan gereja yang masih aktif hingga saat ini.

Di Indonesia sendiri masih banyak terdapat bangunan-bangunan peninggalan pada masa kolonial lainnya. Sebagai masyarakat, sudah sepatutnya kita merawat peninggalan sejarah tersebut.

Sumber            :